Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih mengalami tekanan pada Jumat (11/11/2011) pagi dipicu dari dipangkasnya acuan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6 persen.
Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Jumat pagi bergerak melemah ke posisi Rp 9.000 atau turun 35 poin dibandingkan dengan sebelumnya Rp 8.965.
"Rupiah kembali bergerak diperdagangkan melemah terhadap dollar AS setelah Bank Indonesia secara mengejutkan memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin sebagai upaya melindungi perekonomian dari goyahnya pemulihan global. Itu jelas tidak akan baik untuk rupiah dan akan meningkatkan tekanan inflasi impor," ujar analis Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, di Jakarta, Jumat.
Johanes Ginting mengatakan, BI tampaknya benar-benar khawatir jika resesi global akan melukai permintaan domestik.
Ia menambahkan, meski ketegangan politik di Italia mulai mereda dan cukup baiknya hasil lelang obligasi jangka pendek Italia, belum mendorong rupiah terangkat terhadap dollar AS. "Investor tampaknya masih mencemaskan yield obligasi Italia yang bergerak mengikuti jejak Yunani, Portugal, Irlandia dan terus melebar terhadap yield obligasi Jerman, berpotensi memaksa Italia untuk mencari bantuan pendanaan internasional," kata dia. Kondisi itu, lanjut dia, memungkinkan akan terus menekan nilai tukar selama beberapa minggu ke depan.
Analis pasar uang Harvest Investindo International, Tonny Mariano, menambahkan, ancaman baru dari Eropa, yakni naiknya imbal hasil surat utang Italia, masih menjadi fokus pasar keuangan global. "Surat utang Italia bertenor 10 tahun naik di atas tujuh persen. Ini level yang sama dengan negara yang terkena krisis, seperti Portugal dan Yunani. Sejumlah negara Eropa juga terancam kesulitan," kata Tonny Mariano.
Menurut dia, kekhawatiran utang Italia yang melonjak tinggi, memicu ketakutan negara terbesar ketiga di zona euro itu. Ketakutan itu meningkatkan risiko mata uang area itu dan berimbas ke Asia, termasuk Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar